Oleh: DWI PRIHASTUTI
Sumber: Jawa Pos, Senin, 23 Juli 2007
pustakawati@yahoo.co.id.
Posted by kb.pstp fisip unair
Di bulan ini, ada tanggal yang istimewa
bagi seluruh anak Indonesia.
Tanggal
tersebut adalah 23 Juli yang selalu diperingati sebagai Hari Anak Nasional.
Biasanya, banyak kalangan menyambut hari tersebut dengan menyelenggarakan acara
bernuansa permainan yang mendidik. Mungkin juga ada beberapa orang tua yang
memberikan kado bagi anaknya.
Jarang orang
tua yang menghargai anak di hari anak dengan memberikan buku. Saya pribadi
sangat menyadari jika budaya memberikan kado berupa buku masih sangat jarang.
Apalagi untuk balita. Kado yang umum diberikan adalah mainan atau baju.
Selama ini,
setiap orang tua pasti berusaha memberikan yang terbaik bagi anaknya. Mulai
dari pakaian dan mainan yang bagus hingga makanan bergizi bagi tubuhnya.
Bahkan, sebagian dari kita memberi vitamin-vitamin tambahan agar anak selalu
sehat. Itu semua untuk tubuhnya. Lalu, bagaimana gizi dan vitamin untuk otak
dan jiwanya?
Menurut para ahli, usia 1-5 tahun adalah masa emas
(golden age) dalam perkembangan kecerdasan seorang anak. Selain makanan
bergizi, dibutuhkan pula rangsangan-rangsangan dari luar yang mampu
menstimulasi perkembangan otak balita hingga maksimal. Rangsangan itu bisa
berupa buku-buku yang bermutu (bukan hanya bagus karena banyak buku yang bagus
tapi tidak bermutu).
Saya pribadi
telah mengenalkan buku pada anak saya semenjak 0 bulan. Bahkan, semenjak anak
saya masih dalam kandungan, secara rutin saya bacakan buku anak. Hingga
sekarang, Najma, anak saya menunjukkan ketertarikan yang tinggi terhadap buku
dan bahan bacaan lainnya seperti koran dan majalah.
Yang lucu,
ketika upacara mitoni (tujuh bulanan dalam kalender jawa/turun tanah) spontan
Najma memilih buku di antara barang-barang lain seperti uang, cermin, dan
mainan saat dikurung dalam sangkar ayam. Selain untuk memaksimalkan
perkembangan otaknya, tujuan lain saya mengenalkan bacaan pada Najma adalah
untuk meminimalkan pengaruh televisi.
Sebagai
orang tua, saya sangat khawatir dengan pengaruh televisi bagi perkembangan jiwa
anak. Masih kuat terekam dalam memori ketika tayangan Smack Down di salah satu televisi swasta menimbulkan kehebohan
karena beberapa anak menjadi korban setelah meniru tayangan tersebut. Saya
percaya, jika semenjak dini anak telah dikenalkan dengan aktivitas membaca,
maka kelak akan membentuk budaya membaca. Jika anak telah memiliki budaya baca
yang tinggi, maka anak akan cenderung memilih membaca daripada menonton
televisi secara berlebihan.
Kembali pada buku untuk anak, ada beberapa hal yang harus kita
perhatikan jika kita ingin memberikan buku bagi si kecil. Pertama, perhatikan
usia si kecil,
apakah masih
bayi atau sudah berusia 5 tahun ke atas. Untuk bayi hingga 5 tahun, pilihlah
buku yang berhalaman tebal dan penuh warna. Agar lebih menarik perhatian,
pilihlah yang bertipe pop up
(bergambar 3 dimensi seperti buku Bobi si Burung Hantu) atau lift the flap (ada bagian dalam halaman
yang bisa dibuka dan menunjukkan gambar yang tersembunyi seperti Buku Anak
Hewan ).
Dua tipe
buku tersebut memang relatif mahal, namun sangat merangsang kreatifitas dan
imajinasi anak. Selain jenis buku, berdasarkan pengalaman pribadi saya, bayi
dan balita cenderung suka buku yang bercerita tentang hewan. Melalui buku pula,
kita bisa membuat si kecil melakukan aktifitas tertentu. Keponakan saya yang
berumur tiga tahun, semula malas sikat gigi. Namun, setelah dibacakan buku yang
berjudul Benji Sakit Gigi, dia jadi rajin sikat gigi.
Selanjutnya,
jika si kecil sudah menunjukkan minat yang tinggi akan buku, kita bisa mulai
mengenalkan buku-buku cara membaca bagi balita. Ada beberapa metode membaca
yang ada di pasaran saat ini. Metode paling mutakhir adalah membaca berdasar
kata, bukan berdasar suku kata. Jadi, pilihlah buku cara membaca bagi balita
yang menyajikan gambar benda disertai namanya seperti kata mobil yang disertai
namanya. Namun, jangan lupa untuk tidak terlalu memaksakan aktivitas ini pada
anak. Jagalah agar aktivitas itu agar tetap menyenangkan dan tidak membebani si
kecil. Jangan sampai si kecil menjadi korban kebanggaan orang tua yang
berambisi anaknya pandai membaca di usia dini.
Bila si
kecil telah berusia 5 tahun keatas dan sudah bisa membaca, akan jauh lebih
mudah untuk memilihkan buku baginya. Tersedia banyak pilihan jenis buku baik
yang berupa buku cerita anak maupun yang berupa komik seperti Biografi Orang
Sukses. Komik jenis ini sangat banyak penggemarnya di tempat saya bekerja.
Selain kata-katanya sederhana dan lucu sehingga mudah dipahami, gambarnya pun
sangat menarik. Dan yang terpenting kisah sukses para tokoh yang tersaji bisa
menambah wawasan dan motivasi untuk bisa sesukses mereka.
Jenis buku
lain yang menurut saya sangat layak untuk kado bagi si kecil adalah buku cerita
karangan anak-anak seusia mereka. Mungkin pembaca sudah mengenal nama Aini,
gadis mungil berusia 8 tahun kelahiran Malang yang masuk Muri (Museum Rekor
Indonesia) sebagai penulis kumpulan cerpen termuda saat dirinya berusia 7
tahun. Menurut pengakuan Aini, karya yang dihasilkannya tidak lepas dari upaya
orang tuanya yang telah mengenalkan budaya membaca semenjak dini. Selain Aini,
ada juga Izzati yang meraih rekor Muri sebagai penulis Novel tercilik.
Jadi, hari
anak tanggal 23 Juli merupakan momentum yang tepat untuk menumbuhkan minat baca
pada anak. Berikan buku yang bergizi bagi mereka semenjak dini. Siapa tahu
kelak mereka juga mampu menciptakan karya seperti Aini dan Izzati atau bahkan
lebih.
0 komentar:
Posting Komentar